Sisi Lain Metropolitan
Viral di Medos, Cerita Rohim Penjual Balon Dengan Kostum Badut yang Rela Dibayar Seikhlasnya
Viral di media sosial, Rohim Maulana (38) ceritakan awal mula ide jual balon seikhlasnya menggunakan kostum badut.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
"Saya kayak gini juga baru. Paling baru 3 bulan. Ya ini karena corona aja. Saya dipecat dari kerjaan yang lama karena emang udah gak kirim air minum ke gedung-gedung," jelasnya.
Selama beberapa bulan pasca PHK, ia enggan untuk berdiam diri.
Memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga membuatnya tetap harus bekerja.
Meski serabutan dengan modal hasil pinjaman, ia menjual apapun, misalnya seperti ikan cupang untuk menghasilkan pundi rupiah yang halal.
Sampai akhirnya di awal bulan ia bertemu dengan rekannya dan menawarkan pekerjaan.
"Him mau kerja ngga?" ujar Rohim menirukan temannya.
"Kerja apaan?" tanya Rohim tergesa.
"Jadi badut. Kostumnya sewa Rp 50 ribu perhari. Kalau balonnya Rp 1 ribu perbuah," jawab temannya.
"Saya langsung iyakan. Saya bilang 'mau' dan akhirnya saya kerja begini sampai sekarang," jelasnya.

Baca juga: DPRD DKI Tolak Penjualan Saham Bir, Ketua Fraksi Golkar Sebut Itu Sikap Pribadi Prasetyo Edi
Baca juga: Bocah 4 Tahun Warga Duren Sawit jadi Korban Jambret Ponsel
Baca juga: DPRD DKI Jegal Anies Jual Saham PT Delta, Golkar: Sama Saja Kita Melegalkan Prostitusi
Tercetus bayar seikhlasnya
Meski setiap harinya ada biaya setoran untuk sewa kostum dan balon yang diambilnya, Rohim mengatakan tak merugi dengan bayaran seikhlasnya.
Ia melakukan hal tersebut lantaran menemukan beberapa fakta, di mana sejumlah orang tua enggan membelikan balon untuk anaknya ketika berpapasan dengan dirinya.
Tak jarak anak-anak tersebut sampai menangis tersedu.
"Mulanya cuma tulisan JUAL BALON aja. Lalu saya tambahkan SEIKHLASNYA karena ada pengalaman anak kecil nangis tapi orang tuanya enggak belikan. Mungkin enggak ada uang atau takut harganya mahal. Jadi saya putuskan untuk tuliskan seperti itu," ungkapnya.
Selain itu, Rohim juga kerap membagikan balonnya ke sejumlah anak dengan cuma-cuma alias gratis.