Sisi Lain Metropolitan
Bak Pesepakbola, Pedagang Kerupuk Punya Nilai Transfer Puluhan Juta: Skill-nya Kayak Messi-Ronaldo
Bursa transfer antar pemain terjadi di dunia produsen kerupuk. Di dunia pabrik kerupuk, pemain itu pedagang sedangkan pabriknya pemilik klub.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN - Transfer pemain tak hanya dominasi industri sepak bola. Bursa transfer serupa juga terjadi di dunia produsen kerupuk.
Di dunia pabrik kerupuk rumahan, pemain itu berarti pedagang. Sedangkan pabriknya sama dengan pemilik klub.
Penasaran bagaimana transfer pemain di industri penganan kriuk ini begitu hidup? Ini penelusuran TribunJakarta.com.
Musim lalu, Chelsea merogoh kocek sampai 80 juta euro demi seorang Kai Havertz untuk mempertajam lini serangnya.
Pengusaha yang terjun di industri produsen kerupuk pun demikian.
Baca juga: Cerita Pilu Saidih Penjual Tisu di Jatinegara Kaum, Hanya Dapat Rp 5 Ribu Usai Seharian Bekerja
Mereka rela membeli pedagang kerupuk dengan harga tinggi, demi memperbanyak jumlah pelanggannya.
Ini penuturan langsung Elfin Syahrul Anwar (35), penerus pabrik kerupuk Erna Jaya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Menurut dia, jual beli pedagang antarpemilik pabrik kerupuk sudah biasa.
Jika harga jual pesepakbola ditentukan karena piawai mencetak gol macam Cristiano Ronaldo, pedagang kerupuk dinilai dari skill-nya menggaet pelanggan.
Baca juga: Detik-detik Tim SAR Kesulitan Evakuasi Penumpang Bus di Tanjakan Cae:Penumpang ini Sulit Dikeluarkan
Baca juga: Kabupaten Tangerang Lamban Distribusi Vaksin Covid-19, Bupati Sebut Jumlah Populasinya Membludak
Baca juga: Suami Malas Bekerja, Istri Dijual ke Pria Hidung Belang Rp600 Ribu: Rela Menunggu di Ruang Tamu
Calon pembeli kerupuk tak sembarang menerima karyawan yang bertugas menjual kerupuk ke warung-warung.
Riwayat kerja, jumlah pelanggan, dan cara berkomunikasi jadi faktor utama pemilik pabrik kerupuk untuk mematenkan pedagang menjadi karyawan.
Berapa banyak kaleng dimasukkan ke rumah, warung atau perkantoran juga jadi pertimbangan yang tak kalah penting.
Baca juga: Bermula Dipikul Tahun 1965, Kriuk Renyah Kerupuk Erna Jaya sampai Dinikmati Para TKI di Thailand
Nah, skill terakhir ini tak semua dimiliki pedagang kerupuk.
Menurut Elfin, meski sudah berpuluh-puluh tahun bekerja, pedagang kerupuk keliling belum tentu bisa dengan mudah menitipkan kaleng ke tempat calon pelanggan.
