Sisi Lain Metropolitan

Cara Kerupuk Erna Jaya Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19: Jemput Bola Sampai Rumah Pejabat

Pagebluk Covid-19 yang menggebuk berbagai lini usaha, membuat pabrik kerupuk rumahan Erna Jaya harus mengubah strategi.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Dua orang karyawan Erna Jaya sedang memindahkan adonan kerupuk yang sudah dicetak pada Rabu (10/3/2021). Kerupuk produksi Erna Jaya mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 dengan cara menjemput bola sampai rumah pejabat. 

"Kerupuk makanan tradisional dan merakyat. Enggak makan sama kerupuk, enggak sempurna," katanya.

Bermula Dipikul Sejak 1965

Sejarah pabrik kerupuk Erna Jaya tak lepas dari ketekunan perantau asal Ciamis, H Ahmarudin.

Baca juga: Sempat Malu, Eha Putuskan Telanjang Demi Menyelamatkan Diri dari Kecelakaan Bus Maut di Sumedang

Berkat kerja keras, ia mampu mendirikan pabrik rumahan yang berlokasi di Pancoran, Jakarta Selatan.

Dari sana, renyah kerupuknya berhasil menjamah sejumlah wilayah di Indonesia bahkan pernah dikirim sampai Thailand.

Elfin Syahrul Anwar (35), anak mendiang Ahmarudin, membagi cerita berdirinya pabrik rumahan kerupuk Erna Jaya.

Semua itu diawali dari perjuangan ayahnya meninggalkan Ciamis, Jawa Barat, ke Jakarta.

Ahmarudin bukan satu-satunya perantau asal Ciamis yang berjualan kerupuk.

Perantau lainnya dari daerah yang sama pun mencari sesuap nasi sebagai penjual penganan kriuk-kriuk ini.

Bagi orang Ciamis, bisnis kerupuk kampung layaknya soto yang melekat bagi orang Lamongan. 

"Semua kampung di Ciamis itu, merantau ke Jakarta karena berjualan kerupuk. Kebanyakan seperti itu. Mulai dari saudaranya dan tetangganya," cerita Elfin.

Di ibu kota, Ahmarudin berjualan kerupuk dengan cara dipikul sekira tahun 1965.

Ia berjalan berkeliling menggunakan kereta sembari bahunya memikul dagangan.

Baca juga: Pemkot Jakarta Timur Singgung BBWSCC Terkait Upaya Penanganan Banjir

"Dulu jauh-jauh jualannya sampai ke Jakarta Pusat dan Jakarta Barat," ujarnya.

Setelah enam tahun berjualan kerupuk, sang ayah memiliki cukup modal untuk membangun pabrik. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved