Kontroversi ACT
Diduga Selewengkan Dana Umat, ACT Ungkit Jasanya Selama 17 Tahun: Puluhan Ribu Aksi Kedermawanan
Melalui postingan terbaru di Instagram resmi @actforhumanity pada Rabu (6/7/2022), ACT mengenang jasa-jasa mereka selama 17 tahun.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Rr Dewi Kartika H
"Ada beberapa PT di situ. Dan pendirinya termasuk orang yang terafiliasi karena menjadi salah satu pengurus," jelasnya.
Atas temuan tersebut, PPATK kini memblokir 60 rekening atas nama Yayasan ACT yang tersebar di 33 penyedia jasa keuangan mulai Rabu.
Ivan mengatakan, 60 rekening yang diblokir sudah termasuk yang berafiliasi dengan ACT.
Diketahui, Aksi Cepat Tanggap atau ACT merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan berdiri pada 21 April 2005.
ACT didirikan oleh Ahyudin. Setelah mundur dari ACT, Ahyudin mendirikan organisasi lain bernama Global Moeslim Charity.
Dikutip dari laman instagramnya di @ahyudingmc, saat ini dia berstatus sebagai President Global Moeslim Charity (GMC).
Selain itu, dalam bionya juga tertulis dia menjadi founder dari Act For Humanity atau Aksi Cepat Tanggap, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), Global Wakaf, Global Zakat, dan Global Qurban.

3. Diduga salurkan dana ke Al-Qaeda
ACT diduga menyalurkan dana untuk kelompok teroris Al-Qaeda.
Dari penyelidikan sementara PPATK, ada transaksi yang diduga mengalir ke anggota Al-Qaeda yang pernah ditangkap kepolisian Turki.
"Beberapa nama yang PPATK kaji berdasarkan hasil koordinasi dan hasil kajian dari database yang PPATK miliki itu ada yang terkait dengan pihak yang masih diduga, patut diduga terindikasi pihak."
"Yang bersangkutan pernah ditangkap, menjadi salah satu dari 19 orang yang ditangkap oleh kepolisian di Turki karena terkait dengan Al-Qaeda," beber Ivan Yustiavanda, Rabu, dilansir Tribunnews.com.
Tak hanya itu, seorang anggota lembaga ACT juga terindikasi melakukan transaksi ke sejumlah negara-negara berisiko tinggi yang dianggap masih lemah sistem pencucian uang.
Transaksi itu, ujar Ivan, sudah dilakukan sejak dua tahun dengan nominal mencapai Rp1,7 miliar.
"Kemudian ada juga salah satu karyawan yang dilakukan selama periode dua tahun, mengirim ke negara-negara berisiko tinggi terkait pendanaan terorisme dengan 17 kali transaksi dengan nominal Rp1,7 miliar, antara Rp10 juta sampai Rp552 juta, jadi kita lihat beberapa melakukan sendiri-sendiri ke beberapa negara," urainya, dilansir Tribunnews.com.
Baca juga: Deklarasi Anies Sebagai Capres Diwarnai Polemik Bendera HTI, Sempat Nyaris Ricuh Sesama Relawan
Ia pun menyebut pihaknya masih melakukan pendalaman terkait dugaan aliran dana ke Al-Qaeda dan aktivitas individu yang merupakan anggota ACT tersebut.
Ia juga tak menutup kemungkinan akan mengajak pihak lain untuk melakukan penelusuran.
"Ini masih dalam kajian lebih lanjut, apakah ini memang ditujukan untuk aktivitas lain atau ini secara kebetulan," terangnya.
4. Negara favorit ACT untuk salurkan donasi
Ada 10 negara yeng menjadi 'kesukaan' ACT untuk menyalurkan donasi mereka. Di antaranya adalah Palestina, China, dan Turki.
Temuan ini berdasarkan hasil laporan analisis PPATK periode 2014-2022.
Menurutnya, total ACT telah melakukan sebanyak 450 kali transaksi dengan jumlah uang lebih dari Rp52 miliar.
"Tentunya ada dana keluar dari entitas ini ke luar negeri itu lebih dari 450 kali angkanya Rp52 miliar sekian. Jadi memang kegiatan kegiatan dari entitas yayasan ini ada terkait di luar negeri."
"Karena bantuan bisa dilakukan dimanapun juga, tidak hanya di dalam negeri tetapi membantu saudara-saudara kita yang alami kesulitan di luar negeri," urai Ivan Yustiavandana, Rabu, dilansir Tribunnews.com.
Selain transaksi keluar, kata Ivan, ACT juga diketahui mendapatkan sejumlah pemasukan dari negara lain. Adapun nilainya mencapai Rp64 miliar dari total 2.000 transaksi.
"Jadi PPATK melihat berdasarkan yang ada, ada lebih 2.000 kali pemasukan dari entitas asing kepada yayasan ini. Itu angkanya di atas Rp64 miliar," pungkasnya.
Soal Al Qaeda, Presiden ACT: Kami Belum Paham
Presiden ACT Ibnu Khajar memberikan tanggapan atas dugaan aliran dana yayasanya ke anggota Al-Qaeda di Turki sebagaimana temuan PPATK.
"Kami perlu waktu untuk melihat siapa kira-kira yang dimaksudkan (pengirim dana ke Al Qaeda). Kita belum paham sama sekali," kata Presiden ACT, Ibnu Khajar, di kantor ACT, Jakarta Selatan, Rabu (6/7/2022).
Ibnu Khajar enggan menjelaskan lebih lanjut terkait indikasi aliran dana ke Al Qaeda sebagaimana temuan PPATK.
"Daripada saya salah menjelaskan biarkan kami sebentar dan merenungkan kembali catatan yang kami miliki," ujarnya.