Kasus Bayi Tertukar di Bogor Memasuki Babak Baru, RS Sentosa Tawarkan Sejumlah Hal Demi Bisa Damai

Setelah hasil tes DNA keluar, kasus bayi tertukar di Bogor rupanya memasuki babak baru.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
TribunBogor
Setelah hasil tes DNA keluar, kasus bayi tertukar di Bogor rupanya memasuki babak baru. Berdasarkan hasil tes DNA, bayi Siti Mauliah dan Dian memang tertukar ketika menjalani persalinan di RS Sentosa, Bogor pada 18 Juli 2022 lalu. 

"Karena kan terkait beasiswa dan kesehatan sudah ditangani negara, dalam artian kesehatan ada BPJS dan di Bogor sudah menjamin pendidikan,"

"Bukannay kami menolak terkait itu, tapi saya rasa ada hal-hal lain yang perlu diselesaikan dimana kami sebagai korban," sambungnya.

Binsar Aritonang menyebut mediasi yang berlangsung hari ini berakhir buntu beluma ada kesepakatan yang dibuat.

"Intinya mediasi tadi belum bertemu dengan kesepakatan, masih ada kesepakatan-kesepakatan lain yang bisa dibicarakan. Tapi itu tidak menghentikan kami untuk melakukan upaya hukum," kata Binsar Aritonang.

Binsar melanjutkan meski hukum tetap berjalan, pihaknya tetap terbuka jika nanti akan dilakukan mediasi lanjutan.

Di sisi lain RS Sentosa yang diwakili juru bicaranya, Gregorius B Djako mengatakan sudah melakukan berbagai upaya menyelesaikan persoalan ini.

Berdasarkan hasil tes DNA, bayi Siti Mauliah dan Dian memang tertukar ketika menjalani persalinan di RS Sentosa, Bogor pada 18 Juli 2022 lalu. Meski hasil tes DNA sudah keluar, kedua bayi ini belum tinggal bersama orangtua kandung.
Berdasarkan hasil tes DNA, bayi Siti Mauliah dan Dian memang tertukar ketika menjalani persalinan di RS Sentosa, Bogor pada 18 Juli 2022 lalu. Meski hasil tes DNA sudah keluar, kedua bayi ini belum tinggal bersama orangtua kandung. (TribunBogor)

Beberapa upaya yang dilakukan pihak rumah sakit dikatakan Gregorius, perlu jadi pertimbangan pihak rumah sakit.

"Harus juga tahu bahwa rumah sakit dari awal bukan tidak berbuat sesuatu terhadap kasus ini,"

"Rumah sakit yang menginisiasi semuanya, tes DNA, termasuk yang membiayai," katanya dikutip dari TribunnewsBogor.com.

Dalam hal ini, rumah sakit pun sudah mengakui adanya human eror yang menyebabkan dua bayi tertukar.

"Jadi itu harus diliat sebagai niat baik rumah sakit, jangan juga menempatkan rumah sakit ini seolah penjahat," sambungnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved