Menguat di Bursa Ketum, Bahlil Dianggap Tak Mampu Hadirkan Persatuan di Internal Golkar

Nama Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia menjadi kandidat terkuat sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dalam munas yang akan digelar pada 20 Agustus.

|
Dennis Destriyawan/Tribunnews.com
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Nama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia menjadi kandidat terkuat sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dalam munas yang akan digelar pada 20 Agustus 2024 mendatang.

Namun menurut Pengamat Politik dari Citra Institute, Efriza menyebut Bahlil kurang tepat untuk memimpin Golkar saat ini.

Faktor utamanya karena Bahlil dianggap terlalu dekat dengan istana.

"Bahlil meski menguat namanya sebagai ketua umum. Tetapi rasanya Bahlil tidak bisa menghadirkan persatuan dan kesatuan, soliditas internal," kata Efriza, Kamis (15/8/2024).

Efriza menilai jika dilihat dari persepsi publik, Bahlil dianggap sosok yang dapat meruntuhkan sikap kemandirian Partai Golkar

Sebab, demi memuluskan keinginannya menjadi ketua umum, Bahlil ditenggarai malah dapat menciptakan kondisi yang terkesan membuat partai ini bisa diatur, ditundukkan untuk kepentingan penguasa politik.

"Partai golkar bisa saja rapuh dan berada dibawah kuasa penguasa politik. Asumsi ini yang diyakini akan menyebabkan Bahlil telah memperoleh sentiment publik sejak awal kemunduran AH, ia bukan malah menjadi sosok yang akan merekatkan soliditas kader-kader partai jika menjadi ketua umum, tetapi malah ia menjadi awal keretakan soliditas internal Partai Golkar menjelang Munas," paparnya.

Selain itu, Efriza melihat loyalitas Bahlil terhadap Golkar juga masih diragukan.

"Karena tidak pernah mengurus DPP Golkar, kemudian rekam jejaknya pun di Golkar tak sebanding dengan para ketua umum sebelumnya. Ini juga meliputi kelemahan Bahlil dalam memerintah," tuturnya.

Bila melihat dari situasi di internal Golkar saat ini, Efriza melihat setidaknya ada dua nama selain Bahlil yang memiliki kans untuk menjadi ketua umum selanjutnya.

Kedua nama itu yakni Agun Gunadjar Sudarsa dan Bambang Soesatyo.

"Hanya saja untuk nama Agun, apa dirinya terobsesi atau tidak, itu pertanyaanya. Sebab yang terobsesi hanya ada dua nama Bahlil dan Bamsoet. 

Tetapi memungkinkan pula menjelang munas akan muncul calon baru yang dapat diterima oleh berbagai faksi di Partai Golkar, menyikapi nama Bahlil yang sekarang menguat," kata dia.

Ia menambahkan, berdasarkan pengalaman Golkar selama ini, biasanya muncul tiga nama dari tiga poros berbeda untuk memperebutkan kursi ketua umum.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved