Pramono dengan Dedi Mulyadi Bukan Sekadar Perang Dingin, Pengamat Baca Sentimen Pilpres 2029

Adu sindir Gubernur Jakarta Pramono Anung dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bukan sekadar perang dingin.

Youtube KPK
PERANG DINGIN DEDI PRAM - Kolase foto Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Rapat Koordinasi Penguatan Sinergi Pemberantasan Korupsi yang digelar KPK di Jakarta, Kamis (10/7/2025) lalu. Pramono dan Dedi disebut pengamat sedang perang dingin. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Adu sindir Gubernur Jakarta Pramono Anung dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bukan sekadar perang dingin.

Pengamat politik Adi Prayitno membaca ada sentimen Pilpres 2029 di baliknya.

Adi melihat rivalitas Pramono dan Dedi Mulyadi mencuat pada rapat Koordinasi Penguatan Sinergi Pemberantasan Korupsi yang digelar KPK di Jakarta, Kamis (10/7/2025) lalu.

Pramono menyindir kemacetan di Bandung yang sudah mengalahkan Jakarta.

Sebelumnya, keduanya juga berpolemik soal banjir Jakarta yang disebut kiriman Bogor.

Menurut Adi, saling sindir Pramono dengan Dedi Mulyadi adalah perang dingin, bahkan bisa juga disebut perang terbuka secara politik.

"Bagaimana ada realitas yang kemudian bisa kita saksikan ada perang dingin, saling sindir dan bahkan ada yang menyebut perang terbuka antara Gubernur Jakarta dengan Gubernur Jawa Barat," kata Adi di channel Youtubenya (@adiprayitnoofficial), tayang Minggu (13/7/2025).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu memandang rivalitas politik dua gubernur ini baik.

Keduanya bisa semakin maksimal dalam menunjukkan kebolehan masing-masing dalam memimpin daerahnya.

Pada akhirnya, masyarakat yang diuntungkan jika pemimpinnya berlomba-lomba membuat kebijakan terbaik sehingga bisa tampil unggul.

"Saya kira rivalitas dalam politik itu menjadi penting. Yang paling penting adalah rivalitas ini diwujudkan dan didesain sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas kepemimpinan, sebagai upaya untuk menciptakan bagaimana kebijakan-kebijakannya itu semakin populer dan pro rakyat dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada."

Adi menyebut sejumlah persoalan jamak di masyarakat yang keberhasilan penanganannya bisa dipamerkan Pramono maupun Dedi Mulyadi, termasuk banjir dan macet.

"Bagi saya ketika ada saling sindir antara Pramono Anung dengan Kang Dedi Mulyadi ditentu di hari-hari berikutnya sampai lima tahun yang akan datang. Baik Kang Didi Mulyadi ataupun Pramono Anung di daerahnya masing-masing tinggal pamer tunjukkan kepada publik apa solusi-solusi konkrit yang sudah diperbuat untuk daerahnya masing-masing terkait dengan kemiskinan, pengangguran dan seterusnya dan seterusnya, termasuk juga soal macet terkait dengan banjir," paparnya.

Adi menyamakan rivalitas Pramono dan Dedi Mulyadi dengan persaingan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di dunia sepak bola.

Menurut Adi, dua pemain terbaik sepak bola dunia, setidaknya 10 tahun terakhir, itu membuat keduanya semakin memacu kualitas diri masing-masing.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved