Mengenal Difteri, Kejadian Luar Biasa yang Diisukan Melanda Jakarta tapi Dibantah Dinkes

Ia menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks dan tidak sesuai dengan kondisi lapangan.

Istimewa dan Kompas.com/Tria Sutrisna
KABAR HOAKS - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati membantah kabar yang beredar bahwa Jakarta dilanda kejadian luar biasa difteri. Ia menegaskan bahwa kabar tersebut hoaks. (Istimewa dan Kompas.com/Tria Sutrisna). 

5. Kelumpuhan

Penyebab difteri

Dikutip dari laman Kemenkes, penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Bakteri ini paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan.

Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut racun yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal.

Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara.

Dalam beberapa kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Jika tidak ditangani, bakteri penyebab difteri dapat mengeluarkan racun yang merusak jantung, ginjal, atau otak.

Difteri juga sangat mudah menular. Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.

Penularan juga bisa terjadi jika menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau sendok, hingga sentuhan pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita.

Anak-anak dengan usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 60 tahun lebih berisiko terkena penyakit difteri.

Risiko terserang difteri juga akan lebih rentan menyerang orang yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap atau tidak mendapat imunisasi sama sekali.

"Status imunisasi berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit," kata Dinkes Aceh.

Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang:

1. Tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya.

2. Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri.

3. Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS.

Pencegahan difteri

Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya.

Namun satu-satunya pencegahan difteri yang diyakini paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.

Di Indonesia, vaksin difteri adalah salah satu vaksinasi wajib yang diberikan untuk balita ketika melakukan imunisasi.

Pada anak-anak, vaksin difteri diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), atau disebut imunisasi DPT.

Imunisasi DPT sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada anak sejak usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta usia 5 tahun.

Tiga dosis imunisasi dasar vaksin DPT-HB-Hib diberikan ketika anak berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, untuk melindungi tubuh dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B.

Imunisasi lanjutan juga akan diberikan saat anak berusia 18 bulan.

Selanjutnya, pemberian vaksin difteri lanjutan dalam bentuk Td (kombinasi tetanus dan difteri), dilakukan pada anak ketika beranjak sekolah dasar yaitu pada bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Selain pemberian vaksin difteri melalui imunisasi, pencegahan difteri juga dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker dan menjauhi kerumunan.

Jika mendapati anak mengalami gejala penyakit difteri, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan. (Dinkes provinsi Aceh dan Kompas.com)

 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved