Marsma Fajar Adriyanto Gugur

Aksi Marsma TNI Fajar Adriyanto Pulang Misi di Aceh, Langsung Sergap Jet Tempur AS di Langit Bawean

Kisah Marsma Fajar Adriyanto pulang misi dari Aceh, langsung sergap jet tempur AS di langit Bawean. Kini ia gugur di Bogor.

|

Di sana, Marsma Fajar bercerita bahwa komandan skadron mendapatkan telepon dari Panglima TNI bahwa ada sasaran yang tidak dikenal di Laut Jawa.

Data awal yakni dua pesawat tidak dikenal berkecepatan 300 knot-500 knot. Marsma Fajar menyebutkan saat briefing telah menduga pesawat jet.

"Cuma kita berpikir Kenapa pesat ini muter-muter kenapa kok ada di situ ya sudahlah nanti kita sambil terbang aja pesawat sudah siap terus komandan briefing jadi saya yang tertua waktu itu saya paling senior silakan empat-tempatnya berangkat Fajar yang tertua," kata Marsma Fajar.

Tak hanya itu, Marsma Fajar juga mendapatkan perintah agar jangan menembak dahulu. Padahal, ia mengakui saat itu dalam keadaan panas.

"Kok enggak boleh nembak gitu jadi kondisi psikologi yang namanya  masih suasana operasi militer terus pulang lagi panas eh mau istirahat disuruh berangkat lagi kan ada rasa seperti dongkol. Ini siapa sih masuk-masuk wilayah kita enggak izin ngerepotin aja ya itu yang terjadi awalnya di situ," imbuhnya.

Marsma Fajar menggunakan Falcon 1 TS-1603 bersama Kapten Ian. 

Sementara, satu F-16 lainnya, Falcon 2 TS-1602 dikendalikan Kapten Tonny/Kapten Satriyo.

Ketika melakukan intersep, tim penerbang bertemu dengan dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) 

"Jadi begini dalam masa damai intersep itu dilaksanakan adalah identifikasi dulu, identifikasi secara visual jadi memang identifikasi secara elektronik sudah dilaksanakan oleh radar sama komando sektor waktu itu namanya kosek yakni komando sektor dan kohanutnas," ujarnya. 

Laporan Peristiwa Bawean

Pada 5 Juli 2003, Harian Kompas menerbitkan laporan peristiwa Bawean, operasi militer yang dilakukan TNI AU saat menyergap 5 unit pesawat F/A-18 Hornet yang melintas di wilayah udara Indonesia tanpa izin. 

Peristiwa Bawean terjadi pada 3 Juli 2003. Saat itu, Military Coordination Civil (MCC) Bandara Ngurah Rai, Bali mendeteksi sejumlah sasaran yang muncul tiba-tiba di barat laut Pulau Bawean pukul 11.38 waktu setempat. 

Laporan diterima Pos Sektor (Posek) II dan dipantau Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas). Hasil pemeriksaan sementara saat itu, sempat diasumsikan diasumsikan sebagai lima pesawat F-5 RSAF yang melaksanakan penerbangan Paya Lebar-Darwin-Amberley- Darwin-Paya Lebar.

Setelah dipantau selama sekitar 1 jam, manuver pesawat dinilai tidak normal. 

Pada pukul 14.00 hingga 15.00, Popunas dan Posek II menganalisis kegiatan penerbangan yang tidak melakukan kontak radio dengan Air Traffic Controller (ATC) Soekarno-Hatta, Cengkareng, maupun Bali. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved