Kontroversi Pin Emas DPRD DKI
Tina Toon Sarankan Anggota DPRD DKI yang Tolak Pin Emas Sekalian Tidak Ambil Gaji
Tapi jika ada pihak yang ogah menerima, harusnya yang bersangkutan menunjukan totalitas idealismenya itu.
Saat dihubungi TribunJakarta.com pada Selasa (20/8/2019), Ima Mahdiah hanya sekali saja menggunakan pin emas tersebut saat pelantikan.
Ima Mahdiah meminta ke depannya anggaran pin emas perlu dievaluasi.
Seharusnya pin berbahan kuningan sudah cukup karena tak akan mengurangi esensi anggota dewan.
"Saya pribadi sih cuma akan saya pakai sekali saja di pelantikan," ungkap Ima.
"Pin dengan bahan kuningan sudah cukup menurut saya, karena tak akan mengurangi esensi apapun sebagai anggota dewan," Ima menambahkan.
Andai pin emas seharga jutaan rupiah itu boleh dijual, Ima Mahdiah mengaku hasilnya akan digunakan untuk membantu orang di aplikasi Jangkau.

Aplikasi yang didirikan Ahok ini untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Ima Mahdiah mendorong agar tak ada anggaran yang sifatnya berlebihan seperti saat ini.
"Saya mau jual dan uangnya mending saya pakai untuk bantu orang/lansia di @IdJangkau jelas lebih berfaedah," aku dia.
Namun, jika pin emas tak boleh dijual Ima Mahdiah akan membalikkannya ke Sekretariat DPRD.
"Kalau ternyata enggak boleh dijual, saya mau balikin saja ke sekertariat DPRD."
"Saya jadi anggota DPRD bukan untuk mengejar kemewahan seperti itu," ia menegaskan.
Ia punya alasan kenapa pin emas tak diadakan lagi karena penghasilan anggota DPRD DKI Jakarta dari gaji dan tunjangan yang diterima sudah lebih dari cukup.
Ketika disinggung apakah zaman Ahok memimpin ada juga pengadaan serupa, Ima Mahdiah belum mengeceknya.
"Saya belum cek perbedaannya di zaman bapak (Ahok) dengan sekarang. Tapi, menurut saya kita kan di DPRD sudah cukup di gaji dan ada beberapa tunjungan juga."