Demo di Jakarta
Jenazah Juru Parkir yang Tewas Saat Demo Keluarkan Darah: Ibu Tidak Terima, Bingung Soal Ekonomi
Saat pemakaman, mayat Maulana mengeluarkan darah dari hidung dan kuping. Keluarga tidak percaya keterangan polisi yang mengatakan itu disebabkan asma
Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
Namun, keesokan harinya, Maspupah melihat ada kejanggalan pada jenazah Yadi.
"Saat dimandikan jenazahnya keluar darah dari hidung, kupingnya juga. Punggungnya biru-biru," ujarnya.
Menurut pengakuannya, darah tersebut masih mengucur dari hidung dan kuping jenazah Yadi saat akan dimakamkan.
Maspupah pun sempat menunjukkan foto yang menunjukkan kain kafan sebagai pembungkus jenazah Yadi berlumuran darah.
Ia sempat bertanya kepada seorang Polisi perihal kejanggalan yang dirasakannya.
"Polisi bilang itu karena penyakit asmanya," ucap Maspupah.
Akan tetapi, Maspupah tidak mempercayai jawaban Polisi. Ia menduga anaknya tewas karena mendapat penganiayaan fisik.
"Saya nggak terima kalau anak saya dipukulin sampai meninggal. Dunia akhirat saya nggak terima. Kalau maling atau copet, nggak apa-apa dipukulin. Anak saya bukan maling," katanya.
Kejadian awal versi ibu

Maspupah (51) masih ingat betul pertemuan terakhir dengan putra sulungnya, Maulana Suryadi alias Yadi (23).
Ketika itu, Rabu (25/9/2019) malam, Yadi memijat punggung Maspupah di kediamannya di Jalan Abdullah, Cidodol, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Yadi, yang bekerja sebagai juru parkir di Pasar Tanah Abang, juga sempat makan bareng ketiga adiknya di rumah seluas 3x4 meter.
"Makannya ramai-ramai di sini sama adik-adiknya," kata Maspupah saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/10/2019).
Sebelum Maspupah terlelap, Yadi meminta izin kepadanya untuk pergi. Pada momen itu, Yadi dua kali mencium tangan ibunya.
"Cium tangan saya sambil bilang, 'maafin Yadi ya, Bu'. Saya tanya sama dia mau ke mana. Dia bilang mau ikut demo," ujar Maspupah.