Demo di Jakarta
Jenazah Juru Parkir yang Tewas Saat Demo Keluarkan Darah: Ibu Tidak Terima, Bingung Soal Ekonomi
Saat pemakaman, mayat Maulana mengeluarkan darah dari hidung dan kuping. Keluarga tidak percaya keterangan polisi yang mengatakan itu disebabkan asma
Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
Tadinya, ketika Yadi masih hidup, segala kebutuhan sehari-sehari ditanggung berdua.
"Misalnya kontrakan. Sewa per bulannya kan Rp 800 ribu. Saya Rp 400 ribu, Yadi Rp 400 ribu," kata Maspupah saat ditemui di rumah kontrakannya di Jalan Abdullah, Cidodol, Kebayoran Lama, Kamis (3/10/2019).
Sebelum tewas, Yadi ditangkap Polisi lantaran dianggap sebagai salah satu perusuh pada demonstrasi di sekitar Gedung DPR.
Menurut Polisi, Yadi tewas karena sesak napas setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan Polisi.
• Tukang Ojek Asal Probolinggo Ini Mengaku Tidak Mau Lagi Kembali ke Papua, Ini Alasannya
• Prada Budi Si Suku Anak Dalam Pulang Kampung, Ini Kisah Harunya
• Vivo V17 Pro: Handphone dengan 6 Kamera, Ini Spesifikasinya
Namun, Maspupah menilai ada kejanggalan pada kematian anaknya. Ia menduga Yadi mendapat penganiayaan sebelum tewas.
"Saat dimandikan jenazahnya keluar darah dari hidung, kupingnya juga. Punggungnya biru-biru," ujarnya.
Menurut pengakuannya, darah tersebut masih mengucur dari hidung dan kuping jenazah Yadi saat akan dimakamkan.
Maspupah pun sempat menunjukkan foto yang menunjukkan kain kafan sebagai pembungkus jenazah Yadi berlumuran darah.
Ia sempat bertanya kepada seorang Polisi perihal kejanggalan yang dirasakannya.
"Polisi bilang itu karena penyakit asmanya," ucap Maspupah. (Annas Furqon Hakim)