Perjuangan Abdul Djaya Melawan Kanker Kulit, Kebal dengan Cibiran dan Pantang Putus Asa

Usia yang masih terbilang muda dan sudah divonis menderita kanker kulit, membuat dirinya merasa putus asa.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Abdul Djaya, penderita kanker kulit yang berprofesi sebagai penjual tisu di Jalan Duri Utara 1, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (31/10/2019). 

"Saya rendah diri, saya minder," kata itu selalu diucapkannya berulang pada TribunJakarta.com.

Ya, kondisi kulit yang banyak ditumbuhi kutil membuatnya sering malu jika bertemu dengan lawan jenis.

Ia yang tak bisa bertele-tele dalam urusan cinta dan langsung menyatakan perasaannya kepada wanita, justru diakui sebagai kelemahannya.

"Kalau saya suka, saya bilang. Kalau tiba-tiba saya bilang, saya cuma takut dia berucap 'hey sadar diri kamu, kondisi kamu seperti apa'. Hal itu yang saya takutin makanya saya menghindari untuk jatuh cinta," lanjutnya.

Selain itu, Djaya juga mengatakan tinggal seorang diri di Ibu Kota. Kedua adiknya kini sudah memiliki kehidupannya sendiri dan tinggal di kota yang berbeda dengan dirinya.

Sehingga ketika kesepian menghantuinya, ia memilih untuk bermain gadget dan menghabiskan waktu untuk menjual tisu.

"Saya di sini ngekos. Yang lain pada jauh. Makanya seharian dagang tisu aja buat isi waktu. Mau mikirin kondisi aja kan enggak mungkin. Sekarang nikmatin hidup aja," katanya.

Wakil Ketua DPRD DKI Optimistis Pembahasan APBD 2020 Rampung Tepat Waktu

Pengertian E-budgeting APBD DKI Jakarta, Tak Boleh Asal Masukan Anggaran, Harus Sesuai Kebutuhan

Satu Jam Operasi Zebra, Samsat Jakarta Barat Dapat Pemasukan Rp 30 Juta

Cibiran

Sudah 35 tahun menderita kanker kulit, Djaya mengaku sering dicibir orang lain.

Kutil yang memenuhi sekujur tubuhnya mengundang gunjingan dari orang lain, apalagi orang yang baru melihatnya.

Tak jarang mereka merasa takut ketika melihat banyaknya kutil yang ada ditubuhnya hingga memenuhi bagian wajahnya.

"Saya sebenarnya sudah enggak perduli orang mau bilang apa. Karena beberapa orang merasa jijik sama kondisi saya. Bahkan ada juga yang enggak mau duduk di kursi bekas saya duduk," ungkapnya.

Bahkan beberapa diantaranya menjuluki ia sebagai 'manusia kutil'.

"Ada yang bilang manusia kutil. Cuma kan saya bilang kalau ini sakit kanker kulit. Tapi enggak menular ke orang lain. Ya tapi mereka tetap bilang manusia kutil," katanya.

Apapun bentuk cibiran dari orang lain, saat ini menjadikan dirinya untuk maju. Semakin orang lain mencibir, semakin besar juga semangatnya untuk bekerja.

"Saya cuma pengin orang lain lihat ini loh saya. Saya kuat jalanin semuanya, saya bisa bangkit dan enggak bunuh diri. Bahkan saya masih mampu buat bekerja tanpa mengemis. Saya cuma pengin jadi contoh buat orang lain khususnya yang memiliki keterbatasan fisik supaya mereka enggak putus asa dan bisa bangkit," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved