PDIP Ungkap 10 Kasus Dugaan Intoleransi di Sekolah Negeri Jakarta: Ini Diskriminasi kepada Siswa

Pertama, dugaan intoleransi di SMAN 58 Jakarta Timur berupa larangan atau imbauan untuk tidak memilih ketua OSIS yang berbeda agama.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah
Suasana rapat antara Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta dengan pimpinan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Rabu (10/8/2022). Rapat di antaranya membahas inteloreansi di sekolah, termasuk kasus dugaan pemaksaan penggunaan jilbab siswi di sekolah negeri.  

"Ya jangan terlalu dipaksakan. Karena namanya hijab atau jilbab harus dari hati. Mungkin guru boleh sekadar mengingatkan saja," katanya saat dikonfirmasi TribunJakarta.com pada Selasa (2/8/2022).

Siswi berinisial R (13), mengaku ditegur oleh gurunya lantaran tidak memakai jilbab.

Peneguran itu terjadi beberapa kali terhadap R.

"Cuman namanya anak kecil, dia tuh nangkepnya kok gue kayak dipaksa pakai kerudung di sekolah," kata kakak korban, Dania Nasution (24) saat dikonfirmasi TribunJakarta.com pada Selasa (2/7/2022).

R mengaku tertekan dengan gurunya yang saban Senin dan Kamis mengajar kerap menegurnya.

Ada dua guru yang menegur R agar memakai jilbab.

Bahkan, siswi itu sempat merasa disudutkan lantaran guru itu menegurnya di depan anak-anak di kelas.

"Salah satu guru tuh ngomonginnya di depan kelas gitu. Jadi mungkin adik saya merasa disudutkan," tambahnya.

Karena tertekan, R meminta Dania untuk membelikannya dua buah jilbab.

Dania lalu curiga. Sebab, adiknya itu sehari-hari tak memakai jilbab.

"Saya heran dong loh kenapa? Kan kerudung dipakai hari Jumat aja, akhirnya dia ngaku cerita," lanjutnya.

Akibat kejadian itu, R tak ingin masuk sekolah.

Baca juga: Pelajar di Kabupaten Tangerang Dilarang Bawa Kendaraan ke Sekolah, Bupati: Mending Beli Sepeda

Ia sempat berdalih ke Dania bahwa dirinya lagi sakit.

"Hari Senin kemarin dia enggak masuk karena sakit. Pengakuan akhirnya dia bilang soalnya guru yang negor ngajar kelasnya setiap Senin dan Kamis," katanya.

R lalu meminta kakaknya itu untuk datang ke sekolah.

Akan Dievaluasi

Dania menceritakan hal yang tidak mengenakkan itu kepada wali kelas adiknya.

"Katanya terimakasih atas evaluasinya. Nanti disampaikan ke guru yang bersangkutan," katanya.

Dania sebenarnya menganggap teguran terhadap adiknya merupakan niat baik dari guru itu.

Namun, penyampaiannya mungkin tidak dipahami dengan baik.

"Niat gurunya mungkin baik, cuman kan namanya anak kecil dan bahasanya juga kurang enak jadi dia nangkepnya kayak dipaksa pakai jilbab," tambahnya.

Menurut Dania, orangtuanya membebaskan anak-anaknya untuk memakai jilbab.

Sebab, memakai jilbab atau tidak tergantung dari kesiapan orang itu.

"Dari diri adik saya belum mau. Saya muslim, ibu dan adik saya yang kedua pakai jilbab. Cuman kalau dalam diri dia belum mau kan enggak apa-apa. Toh ini bukan sekolah Islam tapi negeri," pungkasnya.

Kasus ini juga sudah menjadi perhatian Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved