Buat Para Mama, Yuk Perhatikan Ini Saat Berikan MPASI untuk Bayi

Dosen Prodi Kebidanan Urindo, Yuna Trisuci Aprillia menyebut banyak masyarakat kurang teredukasi soal MPASI. Yuk perhatikan hal berikut ini.

Hallo Sehat
Ilustrasi. Dosen Prodi Kebidanan Urindo, Yuna Trisuci Aprillia menyebut banyak masyarakat kurang teredukasi soal MPASI. Yuk perhatikan hal berikut ini. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Prodi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia kerap kali melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Dengan berbagai tema kesehatan, PKM ini dilaksanakan di sejumlah posyandu yang ada di wilayah Jabodetabek.

Untuk pekan ini, mereka mengangkat tema Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Dosen Prodi Kebidanan Universitas Respati Indonesia (Urindo), Yuna Trisuci Aprillia mengungkapkan banyak masyarakat yang kurang teredukasi soal MPASI.

Parahnya, fakta yang didapati pihaknya ialah banyak orangtua yang menggunakan MPASI pabrikan.

Baca juga: Cara Mengasah Perkembangan Motorik Anak dan Pentingnya MPASI

"Iya masih kurang sekali pengetahuan tentang MPASI. Kurang teredukasi dan mereka seringnya menggunakan MPASI pabrikan," katanya kepada TribunJakarta.com, Kamis (12/1/2023).

Yuna menjelaskan, pemberian MPASI bisa dilakukan sejak bayi berusia 6 bulan.

Tentunya MPASI yang diberikan harus memenuhi kebutuhan energi, protein dan mikronutrien anak.

"Mereka (masyarakat) biasanya memberikan MPASI pabrikan yang ada di warung dan supermarket. Padahal MPASI diberikan ketika bayi berusia 6 bulan, yang aman dikonsumsi yaitu MPASI rumahan dengan bahan lokal gizi seimbang," lanjutnya.

Adapun risiko bila MPASI diberikan terlalu dini atau kurang dari 17 minggu diantaranya asupan dan produksi ASI berkurang, risiko infeksi diare meningkat.

Kemudian kurangnya faktor perlindungan alergi, kesulitan mencerna makanan, gangguan pencernaan, serta gangguan penyerapan makanan sehingga asupan zat gizi rendah.

Begitu juga bila MPASI diberikan terlambat atau lebih dari 26 minggu. Maka bayi akan memiliki risiko gangguan tumbuh kembang, anemia defisiensi, besi, munculnya berbagai masalah makan, hingga kurangnya asupan gizi.

"Pertanyaan yang sering ditanyakan bagaimana cara buat yang benar?. Kemudian bagaimana cara pembuatan MPASI yang ga ribet. Ada juga pertanyaan seputar cara buat dan bahannya apa saja ya?. Apakah mahal?" ungkapnya.

"Oleh sebab itu, edukasi yang kami sampaikan saat PKM juga mengenai hal-hal yang pelu diperhatikan saat MPASI, seperti usia bayi, frekuensi pemberian makan, jumlah banyaknya makanan, tekstur makanan, variasi keberagaman makanan, responsif atau pemberian makan secara aktif/responsi, hingga kebersihan," lanjutnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved