Polresta Manado Bunuh Diri Tembak Kepala
4 Keanehan Kematian Brigadir RAT: Indra Pratama Bantah Jadi Bos Korban, Tapi Warga Ungkap Fakta Beda
Terdapat 4 kejanggalan dalam kematian anggota Satlantas Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RAT. Apa saja?
Indra Pratama, mengaku mengenal Brigadir RAT.
Dia menyebut mengenal korban saat dirinya berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut) untuk urusan pekerjaan.
"(Kenal) pada saat saya datang ke Manado. Ya urusan pekerjaan ya. Saya lupa tahunnya. Intinya itu aja," kata Indra kepada wartawan, Sabtu (27/4/2024).
Namun, dia membantah jika menjadikan korban sebagai pengawalnya. Dia tak memberikan penugasan apapun kepada korban.
"Tidak ada, tidak ada, tidak ada (pengawalan). Memang saya kenal, ya tapi tidak ada penugasan apa pun," ucapnya.
Akan tetapi tetangga yang berada di depan lokasi penembakan berinisial I ungkap fakta berbeda.
Brigadir RAT menurut I sudah bekerja di rumah tersebut bersama bosnya selama 2 tahun terakhir.
Namun, I tak merinci siapa sosok bosnya tersebut.
Dia cuma tahu rumah yang merupakan lokasi kejadian adalah rumah bos dari Brigadir Ridhal.
"Bosnya, rumah bosnya. Dia sopir, sopir kan," sebut I.
I mengatakan Brigadir Ridhal juga sempat ikut bosnya ke Jawa Timur saat lebaran lalu.
Namun lagi-lagi ia tidak menjelaskan secara pasti siapa bos yang dimaksud.
"Pas lebaran itu dia posisi dia ikut bosnya ke Jawa Timur," kata dia.
4. Istri Tak Percaya Korban Bunuh Diri Tapi Malah Tolak Autopsi
Novita yakin betul suaminya tidak mungkin bunuh diri.
Pasalnya sang suami merupakan sosok yang mencintai anak-anaknya.
"Dia sayang anak-anak, tidak mungkin berbuat seperti itu," ujar Novita.
Diceritakan Novita, ia baru mengetahui Brigadir Ridhal tewas ketika bos suaminya memberi tahu kabar tersebut.
"Bosnya yang telepon katanya Ali bunuh diri di dalam mobil. Saya kaget tapi sampai saat ini kami keluarga tidak percaya," lanjut dia.
Karena tak percaya, Novita sampai meminta bukti kalau suaminya sudah tiada
Namun, bosnya enggan memberi bukti karena alasan tak mau Novita syok.
Tapi Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi menuturkan pihak keluarga menolak jasad Brigadir RAT diautopsi.
"Keluarga menegaskan bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan otopsi jenazah," papar Yossi di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (28/4/2024) malam.
Yossi mengatakan, karena keluarga menolak untuk diotopsi, dokter forensik hanya melakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah RAT.
"Jadi hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa otopsi," ucap dia.
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.