DPO Kasus Vina Cirebon Ditangkap

Susno Duadji Duga Kemungkinan Pelaku Asli di Kasus Vina Ditutupi, Oegroseno Sebut Alurnya Dikarang

Dua pensiunan jenderal polisi menyebut banyaknya kejanggalan dalam kasus Vina Cirebon. 

Sampai saat ini belum ada alat bukti yang didasarkan atas metode scientific crime investigation. 

"Belum ada bukti forensik. Bukti visum juga tidak meyakinkan bahwa itu akibat pembunuhan. Hasil visum hanya berbunyi meninggal karena akibat sesuatu yang tidak wajar. Tidak wajar itu macam-macam (sebabnya)," jelasnya. 

Ia menambahkan tidak ada keterangan ahli yang menyebut bahwa kasus ini adalah pembunuhan. 

"Jadi, artinya lemah sekali jika dinyatakan pembunuhan. Jadi, harus dicari alat bukti lain," tambahnya. 

Sebelumnya, Susno menganalisis bahwa kasus ini merupakan sebuah kasus kecelakaan. 

Namun, ia meminta agar polisi mencari alat bukti yang tidak terbantahkan bahwa kasus ini murni kecelakaan lalu lintas. 

"Makanya harus ditanya ke penyidik pertama, yaitu penyidik lalu lintas, dia menyimpulkan bahwa ini adalah kecelakaan lalu lintas. Harus dipelajari lagi berkasnya dan harus dipelajari lagi alat buktinya," ungkapnya. 

Oegroseno sebut hanya karangan

Eks Wakapolri Komjen Pol Purn Oegroseno meyakini bahwa alur peristiwa Kasus Vina Cirebon, seperti yang tertuang di isi putusan, hanya dikarang-karang. 

Berdasarkan analisisnya, Oegroseno menyebut seharusnya TKP pembunuhan Vina dan Eky bertambah satu lagi, menjadi total empat TKP. 

TKP teranyar itu diduga berada di sebuah rumah atau bangunan. 

Eks Kabaharkam Polri periode 2012-2013 beralasan telah mengumpulkan sejumlah bukti digital percakapan di antara pelaku dan korban. 

"Ada berita komunikasi juga yang jam berapa masih bisa komunikasi. Jadi kelihatannya tidak dilakukan pengadangan, seperti cerita yang dikarang-karang itu. Tapi, mereka (para pelaku) diundang kumpul kemudian terjadi peristiwa (pembunuhan) itu," ujar Oegroseno seperti dikutip dari Nusantara TV yang tayang pada Jumat (2/8/2024). 

Oegroseno meyakini bahwa alur peristiwa itu hanya karangan karena ia menemukan hal janggal saat membacanya. 

Ia menyoroti kenapa para pelaku memindahkan korban berpindah-pindah dari satu TKP ke TKP lainnya.

"Ya sekarang kalau TKP orang dibunuh di satu tempat kemudian dipindahkan ke jalan layang. Kalau sudah dibunuh di kebun, yaudah taruh situ aja, kenapa harus dipindah lagi ke jalan layang."

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved