Effendi Simbolon Bikin Perang Terbuka Jokowi Vs PDIP Berlanjut, Pengamat: Mantap Jika Masih Kader
Ucapan Effendi Simbolon dinilai membuat perang terbuka Presiden ke-7 RI Jokowi Vs PDIP berlanjut. Pengamat nilai Effendi mantap jika masih kader PDIP.
"Jadi tidak mengherankan kalau kemudian Effendi Simbolon yang merasa prihatin terkait dengan kasus Hasto meminta kepada PDIP mengevaluasi secara menyeluruh meminta kepada Megawati Soekarnoputri untuk mundur sebagai ketua umum itu dianggap sebagaian suara politik Effendi Simbolon yang saat ini sudah menjadi bagian dari Jokowi," ujar Adi.
Ucapan Effendi, kata Adi, membuat politikus PDIP Guntur Romli bersuara.
Dimana, terdapat pihak yang ingin mengobok-obok PDIP agar tidak sekuat dan setangguh dulu. Pernyataan Effendi itu, kata Adi, dianggap sebagai bukti sahih bahwa ada pihak yang mencoba incar posisi Megawati Soekarnoputri.
"Itulah yang saya kira per hari ini publik melihat ini pertarungan politik antara orang-orang yang dekat dengan Jokowi dengan PDIP rasa-rasanya agak sulit untuk bisa dihilangkan," kata Adi.
Adi pun tertarik menganalisa pernyataan Effendi Simbolon selepas dipecat PDIP. Menurut Adi, ucapan Effendi memiliki dampak luar biasa bila masih berstatus kader PDIP.
Terlebih, meminta Megawati Soekarnoputri tidak melanjutkan jabatan politik di PDIP. Adi mengatakan partai politik membutuhkan butuh koreksi dan reorganisasi.
Parpol juga harus mematangkan strategi untuk menghadapi persaingan politik yang semakin sengit.
Status Effendi Simbolon yang dipecat PDIP kini dianggap sebagai bagian dari barisan sakit hati.
"Itulah yang kemudian cukup disayangkan andai pernyataan Effendi Simbolon itu disampaikan ketika dirinya masih sebagai kader PDIP. Saya kira itu akan mantap, jadi ini akan dianggap sebagai suara internal partai, suara kader-kader yang ada keinginan untuk melakukan regenerasi kepemimpinan di level ketua umum," katanya.
Adi menyampaikan terpenting bagi PDIP yakni melakukan evaluasi secara menyeluruh untuk menghadapi kompetensi politik pada Pilpres 2029.
Pasalnya, perolehan PDIP pada Pilpres dan Pileg 2024 tidak menjanjikan. Adi melihat PDIP babak belur mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang memperoleh 16 persen pada Pilpres 2024.
Suara PDIP, kata Adi, juga merosot pada Pileg 2024. Meskipun tetap menjadi pemenang pemilu.
"Kita tahu pada Pileg 2019 suara PDIP itu sekitar 19 persen, di 2024 hanya sebatas 16 persen," katanya.
Adi pun menilai wajar banyak yang bilang PDIP merupakan pemenang tanpa mahkota. Selain itu, Adi menuturkan PDIP terlihat tanpa ada partner koalisi politik di parlemen dan Pilkada.
"Bagaimana regenerasi kepemimpinan di posisi ketua umum bagaimana soal bangunan isu politik termasuk strategi-strategi komunikasi keluar itu juga menjadi penting bagi PDIP untuk dievaluasi per hari ini," kata Adi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.