Budi Arie Ingin Cepat Gabung Tapi Ditolak Gerindra, Pengamat Ungkit Durhaka: Projo Gak Penting Amat

Niat Eks Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi ingin secepatnya bergabung Partai Gerindra mendapat penolakan kader. Pengamat ungkit durhaka politik.

TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN/Vincentius Jyestha
DURHAKA POLITIK - Pengamat politik Adi Prayitno mengungkit durhaka politik melihat langkah Budi Arie yang ingin masuk Partai Gerindra. Sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra yang meminta Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mempertimbangkan Budi Arie menjadi anggota partai.  

"Tapi kan nyatanya sekalipun Projo dan Budi Arie ingin bergabung dengan partai seperti Gerinda, ditolak, ini apa coba artinya coba? Ya, betapa memang relawan Projo ini enggak penting-penting amat," jelasnya.

Adi juga memandang ada karma atau hukum sebab akibat yang diterima Budi Arie ketika ditolak Gerindra dan PSI.

Sejak Projo didirik an dan dipimpin Budi Arie 11 tahun silam, Adi menilai manuver politiknya tak ramah.

Pada 2014, awal berdiri, Projo dekat dengan PDIP, memberi dukungan maksimal kepada Jokowi yang menjadi capres untuk periode pertamanya.

Budi Arie sendiri mantan kader PDIP dan sempat menduduki jabatan struktural di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PDIP.

Namun pada 2014 ia keluar dan fokus memimpin Projo.

Begitupun pada 2019, Projo masih akur dengan PDIP dan sama-sama mengusung Jokowi di Pilpres.

Seiring retaknya hubungan Jokowi dengan PDIP, Projo pun bersikap.

Kelompok relawan itu memilih setia dengan Jokowi dan perlahan meninggalkan PDIP.

Kini, saat Jokowi tak lagi memiliki jabatan, Projo meninggalkan.

Budi Arie pun mencanangkan hendak bergabung ke Gerindra, partai besutan Presiden Prabowo Subianto, dan membawa gerbong Projo.

Adi menilai Budi Arie dengan Projonya telah durhaka. Ia pun menerima karma penolakan dari Gerindra dan PSI.

"Sepertinya setelah meninggalkan misalnya tidak lagi bersama kedekatannya dengan PDIP, Projo memilih bersama dengan Jokowi dan Pak Jokowi kemudian secara perlahan juga ditinggalkan dan ingin merapat dengan Gerindra, ditolak," katanya.

Diketahui, Budi Arie seperti hendak melepaskan Projo dari junjungannya atau sosok yang selama ini didukung, yakni Presiden ke-7 RI, Jokowi.

Logo Projo yang berupa siluet wajah Jokowi ingin diganti. Nama Projo yang semula berarti Pro Jokowi pun dimaknai ulang dengan membawa-bawa Bahasa Sansekerta.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved