Viral di Media Sosial

Dokter Tan Sebut Prabowo 'Ditikam' dari Belakang Soal MBG, Soroti Ucapan Cucun Tak Butuh Ahli Gizi

Ahli gizi, dokter Tan Shot Yen menganggap Presiden Prabowo Subianto sedang 'ditusuk' dari belakang terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Youtube TV Parlemen dan Instagram dr Tan Shot Yen
KRITIK MENU MBG - Nama dokter Tan Shot Yen mencuri perthatian publik setelah menyampaikan kritik pedas terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

"3. Tanpa ahli gizi, produk SPPG akhirnya lepas kontrol hanya bagi-bagi kolaborasi industri dan BGN. Produk ultra proses melenggang bebas dan tunggu nyinyiran negara asing menertawakan program unggulan presiden: jadi produk bagi-bagi cuan," tulis dokter Tan.

Keempat, dengan ditiadakannya ahli gizi di SPPG, MBG yang dimakan oleh anak-anak tidak terpantau kualitasnya.

Hal tersebut bisa membuat anak-anak menjadi obesitas dan kecanduan UPF.

"4. Matinya kepakaran. Ahli gizi disamakan seperti tukang masak dan tenaga bebersih. Enggak heran postingan SPPG cuma diisi angka-angka hitungan kalori. Bukan kualitas pangan. Anak-anak makin gendut, anak normal kecanduan jajan," tulis dokter Tan.

Terakhir, dokter Tan menyoroti soal program MBG yang disebut dapat membuka lapangan pekerjaan.

"5. Katanya buka lapangan kerja. Padahal yang kerja tidak sesuai tupoksi, ditekan dengan kekuasaan, marwah profesi hilang bersama tiran keserakahan dan kekuasan," tulis dokter Tan.

Dokter Tan lalu mempertanyakan tujuan awal Prabowo Subianto membuat progam MBG.

"Yakini ini tujuan Prabowo Subianto dengan MBG?" tulisnya.

Pernyataan Lengkap Cucun

Cucun Ahmad Syamsurijal dengan lantang menyebut tidak membutuhkan ahli gizi dalam program MBG.

Mulanya, ada seorang peserta yang memberikan solusi terkait kesulitan dari Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mencari ahli gizi.

Disisi lain, permasalahan ini pun sempat disampaikan Kepala BGN, Dadan Hindayana saat rapat bersama dengan Komisi IX DPR pada Rabu (12/11/2025) lalu.

Peserta itu pun lantas meminta jika memang nantinya pengawas di SPPG tidak memiliki latar belakang pendidikan gizi, maka ia ingin tidak digunakannya embel-embel orang terpilih tersebut sebagai ahli gizi.

"Jika memang pada akhirnya tetap ingin merekrut dari non gizi, tolong tidak menggunakan embel-embel ahli gizi lagi," ujarnya dikutip pada Senin (17/11/2025).

"Tetapi cukup sebagai posisi pengawas produksi dan kualitas atau QA (quality assurance) atau QC (quality control)," sambungnya.

Kemudian, peserta itu turut memberikan solusi lain di mana BGN bisa menggandeng Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) untuk memenuhi kebutuhan ahli gizi di tiap SPPG.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved