Aksi 22 Mei

Ungkap Inisial Sosok Dibalik KZ dan HM, IPW Pesimis Soal Ini: Kita Harap Sampai ke Pengadilan

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane belum lama ini mengungkapkan inisial sosok yang diduga terlibat dalam kerusuhan dan perencanaan pembunuhan.

Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Erik Sinaga
KOMPAS TV/TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Habil Marati - Kivlan Zen 

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua Presidium IPW, Neta S Pane belum lama ini mengungkapkan inisial sosok yang diduga terlibat dalam kerusuhan dan perencanaan pembunuhan terhadap 5 tokoh.

Neta S Pane mengatatakan bahwa hasil dari invetigasi IPW, kerusuhan 21-22 Mei 2019 itu terjadi secara terstruktur dan terkoordinir.

"Perusuh itu sepertinya diawasi," ujar Neta S Pane seperti dilansir dari tayangan YouTube Talk Show TVONE, Kamis (13/6/2019).

Menurutnya, sejauh ini beberapa orang yang berhasil diungkap Polri hanya sebatas menjalankan perannya di lapangan.

"Yang sudah terungkap itu kan petugas lapangan, Pak Kivlan kita menilai sebagai petugas lapangan, ada penyandang dana, HM," katanya.

Neta S Pane pun merasa yakin jika masih ada nama lain yang berada di balik Kivlan Zen mau pun HM alias Habil Marati.

"Saya berkeyakinan di atasnya masih ada," ucapnya.

Ia menyebut satu nama itu berperan sebagai penyandang dana.

"Inisialnya TS," kata Neta S Pane.

Jajaran Polres Metro Tangerang Kota Siaga 1 Jelang Sidang Perdana PHPU di MK

Raffi Ahmad Terbang Naik Paralayang di Australia, Mama Amy: Ngeri, Takut Banget!

Raffi Ahmad Terbang Main Paralayang di Australia, Mama Amy: Ngeri, Takut Banget!

Dijelaskannya bahwa TS lah yang mendatangkan preman-preman dari Surabaya menggunakan pesawat.

"Kemudin menginapkan di hotel," terangnya.

Neta S Pane juga menjamin, apa yang diungkapkannya dapat dipertanggungjawabkan.

"Tiga dari preman-preman itu sudah ada di Polda Metro Jaya," tuturnya.

"Ini juga saya juga heran kenapa tidak dibuka secara transparan, biar semua clear," katanya.

"Tapi polisi sepertinya punya strategi," tambahnya.

Kivlan Zen
Kivlan Zen (YouTube/Kompas Tv)

Di sisi lain, Neta S Pane justru nampak tidak yakin jika kasus tersebut akan berakhir di meja hijau.

"Sejak awal IPW melihat kasus ini hanya sebuah manuver di tengah gejolak 01 02," terangnya.

"Begitu selesai nanti, itu ga akan ke mana-mana, itu akan dingin terendam, sama seperti kasus makar sebelumnya. Manuver untuk shock teraphy dan menjinakan orang-orang yang vokal sangat tajam kepada 01," sambungnya.

Pergerakan Penumpang Mudik dan Arus Balik Menggunakan Bus di Tangerang Merosot Drastis

Berkaca dari Pengalaman, Pria Ini Belajar Hargai Jasa Pahlawan dengan Kunjungi TMP Kalibata

Putra, Korban Pengeroyokan dan Tewas Dibakar, Sehari-hari Bekerja Sebagai Sopir Angkot

Namun Neta S Pane tetap berharap kasus tersebut bisa sampai ke pengadilan.

"Kita berharap ini sampai ke pengadilan dan polisi memang tak mungin main-main karena yang dihadapi jenderal-jenderal senior mantan kopassus, itu bukan orang sembarangan, kalau tidak punya bukti kuat pasti ga berani seperti itu," ungkapnya.

"Tapi dari pengalaman yang ada IPW pesimis kasus ini sampai pengadilan," tambahnya.

Pengakuan Tersangka Soal Yunarto Wijaya Jadi Target Pembunuhan, Bermula dari KZ dan HM 

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menjadi satu di antara tokoh yang menjadi target pembunuhan.

Hal itu terungkap dalam konferensi pers yang digelar Mabes Polri di Kantor Menteri Koordinator, Hukum, dan Keamanan, Selasa (11/6/2019).

Dalam konferensi pers tersebut, seorang tersangka, Irfansyah alias IR.

IR memberikan pengakua melalui sebuah video yang ditayangkan dalam konferensi pers itu.

Mulanya, IR mengungkapkan bahwa pada Bulan April dua hari setelah Pemilu 2019 dirinya mendapat telepon dari Armi untuk bertemu Kivlan Zen.

Armi merupakan sopir part time Kivlan Zen.

IR pun akhirnya bertemu dengan Kivlan Zen di kawasan Masjid Pondok Indah.

Ditangkap Setelah Buron 1 Bulan, Berikut Sederet Fakta Pelaku Vandalisme di Dua Masjid Lebak Bulus

Dana Santunan Belum Cair, Keluarga Anggota KPPS Batal Gelar Tahlilan 40 Hari

Keheranan Warga Saat Lihat 3 Terduga Teroris Pindahan Hanya Bawa Kipas Angin

Korban Kebakaran di Cakung Mengaku Trauma Saat Lihat Api hingga Mencium Bau Masakan Menyengat

Berdasarkan pengakuannya, IR diajak masuk ke dalam mobil Kivlan Zen.

Saat itu, kata IR, Kivlan Zen menunjukkan foto dan alamat pimpinan lembaga survei yang tidak lain adalah Yunarto Wijaya.

“Pak Kivlan berkata kepada saya coba cek alamat ini nanti kamu foto dan video kan,” ucap IR.

IR pun dibekali uang Rp 5 juta oleh Kivlan Zen.

“Saya dikasih uang operasional Rp 5 juta,” ucapnya.

 “Beliau berkata kalau ada yang bisa eksekusi, nanti saya jamin anak dan istinya serta liburan keman pun,” sambungnya.

Kivlan Zen
Kivlan Zen (YouTube/Kompas Tv)

Keesokan harinya, lanjut IR, ia bersama temannya, Yusuf mengecek alamat yang diberikan Kivlan Zen.

Di lokasi, IR merekam suasana kediaman Yunarto Wijaya.

"Sesampai di sana, dengan HP Yusuf, kami foto dan video alamat Pak Yunarto."

"Setelah itu, dari HP Yusuf, foto dan video dikirim ke HP saya dan saya kirim ke Armi. Armi menjawab, 'Ok, mantap,'” katanya.

IR tak sekali memantau kediaman Yunarto Wijaya.

Ia mengaku kembali ke kawasan kediaman Yunarto bersama Yusuf.

“Setelah itu, seperti biasa, kami foto dan video lewat HP Yusuf dan dikirimkan ke Armi."

"Tapi, Armi tidak pernah menjawab lagi. Saya dan Yusuf kembali pulang dan sesampai di pos, kami memutuskan mungkin sudah selesai tugas kita."

Warga Heran Ketika Lihat Terduga Teroris Pindahan Hanya Bawa Kipas Angin

Aksi Panjat Atap Pembobol Minimarket Asal Koja Berakhir di Bui

Download Lagu Lily - Alan Walker, Emelie Hollow, K-391 MP3, Berikut Video dan Liriknya

Siap Beroperasi 21 Juni, Dirut LRT Jakarta Keluhkan Izin yang Belum Keluar dari Pemprov DKI 

"Sisa uang yang dikasih untuk operasional, kami bagi-bagi." Terangnya.

Sementara itu diwartakan Kompas.com, Polri merilis peran tersangka Kivlan Zen dalam kasus dugaan kepemilikan senjata api ilegal dan pembunuhan berencana terhadap 5 tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei.

Peran Kivlan terungkap dari keterangan para saksi, pelaku dan sejumlah barang bukti.

"Berdasarkan fakta, keterangan saksi dan barang bukti, dengan adanya petunjuk dan kesesuaian mereka bermufakat melakukan pembunuhan berencana terhadap 4 tokoh nasional dan satu direktur eksekutif lembaga survei," ujar Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary Syam Indradi dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6/2019).

Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen, memenuhi panggilan penyidik Bareskrim Mabes Polri, Senin (13/5/2019).
Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen, memenuhi panggilan penyidik Bareskrim Mabes Polri, Senin (13/5/2019). ((KOMPAS.com/Devina Halim))

Pertama, Kivlan diduga berperan memberi perintah kepada tersangka HK alias I dan AZ untuk mencari eksekutor pembunuhan.

Kivlan memberikan uang Rp 150 juta kepada HK alias I untuk membeli beberapa pucuk senjata api.

Menurut Ade, setelah mendapatkan 4 senjata api, Kivlan masih menyuruh HK mencari lagi satu senjata api.

Kivlan juga diduga berperan menetapkan target pembunuhan terhadap 4 tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.

Terduga Teroris Baru Empat Hari Tinggal di Kontrakan Bekasi, Begini Pengakuan Warga Sekitar

Siap Beroperasi 21 Juni, Dirut LRT Jakarta Keluhkan Izin yang Belum Keluar dari Pemprov DKI 

Ditangkap Setelah Buron 1 Bulan, Berikut Sederet Fakta Pelaku Vandalisme di Dua Masjid Lebak Bulus

Dana Santunan Belum Cair, Keluarga Anggota KPPS Batal Gelar Tahlilan 40 Hari

Keempat target itu adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Sementara, pimpinan lembaga survei yang dijadikan target adalah Yunarto Wijaya.

 "KZ (Kivlan Zein) memberikan uang Rp 5 juta pada IR untuk melakukan pengintaian, khususnya target pimpinan lembaga survei," kata Ade.

Di sisi lain, polisi juga mengunkap tersangka lainnya dalam kasus kersuuhan 21-22 Mei 2019.

Tersangka yang dimaksud yakni, Habil Marati alias HM.

"Tersangka selanjutnya adalah HM, seorang laki-laki beralamat di Jalan Metro Kencana Kelurahan Pondok Pinang. Ditangkap di rumahnya," kata Ade.

Ade menjelaskan, HM merupakan pemberi dana kepada tersangka KZ alias Kivlan Zen.

"Jadi uang yang diterima tersangka KZ berasal dari HM."

"Tujuannya untuk pembelian senjata api, juga memberikan uang Rp 60 juta langsung kepada HK (alias Iwan) untuk biaya operasional dan pembelian senjata api," lanjut Ade.

Diwartakan Tribunnews.com, Polisi juga merinci uang Rp 60 juta tersebut yakni Rp 10 juta untuk operasional dan Rp 50 juta untuk melaksanakan unjuk rasa.

"HM juga memberikan dana operasional sebesar 15 ribu dolar Singapura (Rp 150 juta) kepada KZ."

"Kemudian KZ mencari eksekutor yaitu HK dan Udin, dan diberikan target 4 tokoh nasional," imbuh Ade.

Polisi juga menyita beberapa barang bukti dari tersangka HM.

Di antaranya ponsel genggam untuk melakukan komunikasi dan print out transaski bank.

Untuk diketahui, Habil Marati juga merupakan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Ia juga sempat jadi anggota Komisi XI DPR dari fraksi PPP.

Dalam Pileg 2019, Habil Marati kembali mencalonkan diri sebagai caleg DPR RI dari PPP daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Tenggara.

Selama di PPP, Habil Marati dikenal sebagai politisi yang mendukung Prabowo.

Dikutip dari Kompas.com, pada Pilpres 2009, Habil Marati mendeklarasikan Front Persatuan Pendukung Prabowo (FPPP) di Jakarta, Jumat (5/6/2009).

Bersama dengan kader PPP lain, seperti Sofyan Usman, Usamah al Hadar, dan Emilia Contessa, Habil siap memenangkan pasangan Megawati-Prabowo Pilpres 2009.

Padahal, dalam Pilpres 2009, PPP yang telah terikat dalam koalisi pendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Masih dari Kompas.com, dalam Pilkada DKI 2017, Habil dan sejumlah kader PPP membentuk Majelis Penyelamat Partai Persatuan Pembangunan (MP-PPP) di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (11/5/2017).

Majelis tersebut terbentuk dari dua kubu yang tengah berseteru di PPP yakni PPP kubu Djan Faridz dan PPP Romahurmuziy.

MP-PPP diinisiasi oleh Anwar Sanusi, Sukri Fadholi, Habil Marati, Usamah Hisyam, dan anggota DPRD DKI Abraham Lunggana alias Haji Lulung.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved