Petinggi Pemprov DKI Absen, Komisi B Semprot Wacana Jalan Berbayar di Jakarta
Rapat antara Komisi B dengan Pemprov DKI Jakarta membahas wacana pemberlakuan jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) terpaksa ditunda.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM - Rapat antara Komisi B dengan Pemprov DKI Jakarta membahas wacana pemberlakuan jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) terpaksa ditunda.
Hal itu karena perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta, di antaranya Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI Sri Haryati tak hadir dalam rapat tersebut.
Dari jajaran Pemprov DKI Jakarta yang hadir dalam sidang di Komisi B diwakili oleh Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo.
Rupanya hal itu tak membuat para anggota Komisi B puas.
Mereka bersikeras Sri Haryati selaku Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI untuk hadir dalam rapat tersebut.
Baca juga: 7 Kendaraan yang Tak Bakal Kena Sistem ERP di Jakarta, Ini Daftarnya
Namun hingga batas waktu yang ditentukan, Sri Haryati tak juga bisa dihubungi.
Syafrin menyebut Sri Haryati sedang ada kegiatan lain di Pemprov DKI Jakarta.
Hal itu pun membuat Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Ismail memutuskan untuk menunda rapat.
"Karena yang bersangkutan sangat penting untuk bisa hadir dan ternyata berbenturan waktunya maka rapat kita akan kita reschedule pada pekan depan," kata Ismail menutup rapat hari ini, Senin (16/1/2023).
Disemprot Komisi B
Meski sidang ditunda, wacana penerapan jalan berbayar atau ERP di Jakarta pun mendapat penolakan dari sejumlah anggota Komisi B yang hadir dalam rapat.
Anggota Komisi B dari Fraksi Gerindra, Adi Kurnia Setiadi menegaskan dirinya menolak wacana penerapan jalan berbayar di Jakarta.
"Pastinya saya pribadi menolak, jelas-jelas menolak," kata Adi dalam sidang.

Dia menegaskan, dengan total APBD DKI Jakarta tahun 2023 sebesar Rp 83,7 triliun tak seharusnya warga diminta untuk membayar jalan.
"Dengan APBD mau 100 triliun, itu kan duit rakyat.
Baca juga: Daftar 7 Kendaraan yang Kebal Sistem ERP di Jakarta, Salah Satunya Sepeda Listrik
Seharusnya yang tadinya berbayar digratiskan, bukan yang tadinya tidak berbayar malah suruh berbayar.
Itulah aturan atau negara hadir," bebernya.
Hal senada disampaikan Hasan Basri Umar dari Fraksi NasDem.
"Kalau jalan tol dibangun oleh swasta, wajar itu bayar.
Tapi jalan ini kan dibayar pakai pajak masyarakat, masa kita harus bayar," tuturnya.
Lebih lanjut dia menyebut penerapan jalan berbayar hanya akan memindahkan lokasi kemacetan di Jakarta.
"Itu kan sama saja memindahkan kemacetan ke tempat yang lain.
Coba kita diskusi dulu agar masyarakat yang bayar pajak tidak merasa dirugikan," kata dia.
Kritikan tak kalah pedas datang dari Manuara Siahaan soal wacana penerapan jalan berbayar.
Terlebih, perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI Sri Haryati tak hadir dalam rapat tersebut.
"Kalau seperti ini sikapnya (tak hadir), apalagi ini rapat perdana di 2023, ibu asisten saya kira tidak menunjukan kesungguhan hati dalam proses ini, termasuk kepala biro ekonomi.
Apalagi ini adalah inisiatif dari Pemprov DKI," kritik Maruara.
Diketahui, rencananya akan ada 25 ruas jalan di Jakarta yang akan dikenakan tarif berbayar yakni;
Jalan Pintu Besar Selatan
Baca juga: Wacana ERP Kembali Digulirkan Pemprov DKI, Bagaimana Nasib Kebijakan Ganjil Genap?
Jalan Gajah Mada
Jalan Hayam Wuruk
Jalan Majapahit
Jalan Medan Merdeka Barat
Jalan Moh. Husni Thamrin
Jalan Jenderal Sudirman
Jalan Sisingamangaraja
Jalan Panglima Polim
Jalan Fatmawati (Simpang Jalan Ketimun 1 - Simpang Jalan TB Simatupang)
Jalan Suryopranoto
Jalan Balikpapan
Jalan Kyai Caringin
Jalan Tomang Raya
Jalan Jenderal S. Parman (Simpang Jalan Tomang Raya-Simpang Jalan Gatot Subroto) Jalan Gatot Subroto
Jalan MT. Haryono
Jalan D. I. Panjaitan
Jalan Jenderal A. Yani (Simpang Jalan Bekasi Timur Raya-Simpang Jalan Perintis Kemerdekaan);
Jalan Pramuka
Jalan Salemba Raya
Jalan Kramat Raya
Jalan Pasar Senen
Jalan Gunung Sahari
Jalan H. R. Rasuna Said
Electronic Road Pricing (ERP)
Pemprov DKI Jakarta
Syafrin Liputo
Hasan Basri Umar
Adi Kurnia Setiadi
Atasi Macet Horor TB Simatupang, Dishub DKI Bakal Pangkas Trotoar hingga Tutup Exit Tol Cipete |
![]() |
---|
Wanita 50 Tahun Ini Jago Audit Pajak Tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Umur, Akhirnya Datangi JobFest |
![]() |
---|
Dua Hari Digelar, Jakarta JobFest di Velodrome Diserbu Ribuan Pencari Kerja dari Segala Penjuru |
![]() |
---|
PSI Kritik Pemprov DKI, Retribusi Parkir di GOR Baru Jalan di 6 Lokasi dari Total 86 |
![]() |
---|
Gubernur Pramono Kaget 45 Persen Pelamar Damkar Berasal dari Luar Jakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.