Pengamat Nilai 'Karma' Politikus Durhaka, Budi Arie Projo Ramai-Ramai Ditolak Gerindra hingga PSI

Ketua Umum Projo, Budi Arie dinilai telah durhaka, kini ia pun menerima karma politik.

|
Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com
Ketua Umum Relawan Projo Budi Arie Setiadi. Kini, Budi Arie menyatakan ingin bergabung dengan Gerindra, namun mendapat penolak. PSI pun ikut angkat bicara tutup pintu untuk eks Menteri Koperasi itu. 

Penolakan Gerindra dan PSI menjadi bukti Budi Arie tak menarik secara elektoral.

"Ternyata Pak Budi dengan relawan politiknya, barisan politiknya itu mentok kanan kiri. Tak ada satupun yang tertarik untuk merekrut dan mengajak Budi Arie menjadi bagian dari mereka," kata Adi saat berbicara di lamam Youtubenya @adiprayitnoofficial, tayang Sabtu (16/11/2025).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu juga menyimpulkan bahwa Projo tak terlalu penting di kancah perpolitikan nasional.

Jumlah massa hingga ketokohan seorang Budi Arie tak laku bagi sejumlah partai.

"Ini kan menegaskan bahwa ya sebenarnya Projo dan Pak Budi Arie ini bukan siapa-siapa ya bahwa mereka Projo ini punya klaim sebagai relawan politik yang hebat dan seterusnya dan seterusnya. Mungkin  bagi mereka iya. Tapi ternyata diuji diuji cobakan ke partai yang lain, Gerindra ataupun PSI. Ternyata bukan apa-apa juga ini relawan ya."

"Logikanya kalau memang projo mantap. Kalau Pak Budi Ari hebat ya, punya networking dan jejaring yang memang bisa diandalkan yang mestinya partai-partai ini berbondong-bondong melamar dong." 

"Tapi kan nyatanya sekalipun Projo dan Budi Arie ingin bergabung dengan partai seperti Gerinda, ditolak, ini apa coba artinya coba? Ya, betapa memang relawan Projo ini enggak penting-penting amat," jelasnya.

Adi juga memandang ada karma atau hukum sebab akibat yang diterima Budi Arie ketika ditolak Gerindra dan PSI.

Sejak Projo didirik an dan dipimpin Budi Arie 11 tahun silam, Adi menilai manuver politiknya tak ramah.

Pada 2014, awal berdiri, Projo dekat dengan PDIP, memberi dukungan maksimal kepada Jokowi yang menjadi capres untuk periode pertamanya.

Budi Arie sendiri mantan kader PDIP dan sempat menduduki jabatan struktural di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PDIP.

Namun pada 2014 ia keluar dan fokus memimpin Projo.

Begitupun pada 2019, Projo masih akur dengan PDIP dan sama-sama mengusung Jokowi di Pilpres.

Seiring retaknya hubungan Jokowi dengan PDIP, Projo pun bersikap.

Kelompok relawan itu memilih setia dengan Jokowi dan perlahan meninggalkan PDIP.

Kini, saat Jokowi tak lagi memiliki jabatan, Projo meninggalkan.

Budi Arie pun mencanangkan hendak bergabung ke Gerindra, partai besutan Presiden Prabowo Subianto, dan membawa gerbong Projo.

Adi menilai Budi Arie dengan Projonya telah durhaka. Ia pun menerima karma penolakan dari Gerindra dan PSI.

"Sepertinya setelah meninggalkan misalnya tidak lagi bersama kedekatannya dengan PDIP, Projo memilih bersama dengan Jokowi dan Pak Jokowi kemudian secara perlahan juga ditinggalkan dan ingin merapat dengan Gerindra, ditolak."

"Ini semacam pelajaran penting. Durhaka-durhaka politik semacam ini, lompat kanan lompat kiri politik semacam ini sepertinya sudah mulai tidak terlampau diterima di negara ini.

Berita Terkait

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved