Pengamat Nilai 'Karma' Politikus Durhaka, Budi Arie Projo Ramai-Ramai Ditolak Gerindra hingga PSI
Ketua Umum Projo, Budi Arie dinilai telah durhaka, kini ia pun menerima karma politik.
Fakta Singkat:
- Budi Arie menyatakan akan mengganti logo Projo menghilangkan wajah Jokowi hingga hendak bergabung dengan Gerindra.
- Sejumlah DPC Gerindra berbagai daerah menolak Budi Arie.
- PSI yang memang tidak diniatkan menjadi pelabuhan politik Budi Arie, ikut-ikutan menutup pintu.
- Pengamat politik menilai Budi Arie sedang menerima karma politik dari manuver durhakanya.
TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua Umum Projo, Budi Arie dinilai telah durhaka, kini ia pun menerima karma politik.
Hal itu merupakan analisis pengamat politik Adi Prayitno membaca manuver politik Budi Arie belakangan ini.
Seperti diketahui, Budi Arie seperti hendak melepaskan Projo dari junjungannya atau sosok yang selama ini didukung, yakni Presiden ke-7 RI, Jokowi.
Logo Projo yang berupa siluet wajah Jokowi ingin diganti. Nama Projo yang semula berarti Pro Jokowi pun dimaknai ulang dengan membawa-bawa Bahasa Sansekerta.
Saat Jokowi mulai mendekat ke PSI, partai yang dipimpin bungsunya, Kaesang Pangarep, Budi Arie mengumumkan diri ingin bergabung dengan Partai Gerindra.
Pimpinan cabang Gerindra di berbagai daerah ramai-ramai menyatakan penolakan.
Sementara, PSI, yang memang tidak diniatkan menjadi pelabuhan politik Budi Arie, ikut-ikutan bicara seolah tutup pintu.
Budi Arie Mau Masuk Gerindra
Pada momen Kongres III Projo, Budi Arie juga menyatakan mau bergabung dengan Gerindra.
"Saya meminta izin kepada seluruh anggota Projo untuk saya bergabung ke Partai Gerindra, kan saya baru minta izin. Diizinin nggak sama yang bergabung ke Partai Gerindra? Kan kita belum bergabung," kata Budi usai pelaksanaan Kongres ke-3 Projo di Jakarta, Minggu (2/11/2025).
Eks Menteri Koperasi itu mengatakan relawan Projo menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk berpartai kepada dirinya.
"Menyerahkan sepenuhnya kepada saya untuk mengambil langkah-langkah untuk bergabung dalam Partai Gerindra," kata dia.
Selain itu, Budi Arie Setiadi, membantah anggapan soal pihaknya yang hanya ikut-ikutan mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Dia menegaskan bahwa sejak awal, Projo sudah mendukung Prabowo.
"Saya sudah bilang bahwa Projo ini sejak awal mendukung Pak Prabowo," kata Budi di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (2/11/2025).
Dia mengatakan bahwa bahwa Projo adalah organisasi pelopor untuk mendukung Prabowo.
"(Jadi) bukan ikut-ikutan mendukung Prabowo, begitu ya," pungkasnya.
Ditolak Gerindra
Mengutip Kompas TV, sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra yang meminta Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mempertimbangkan Budi Arie menjadi anggota partai.
DPC Gerindra Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut), menolak Budi karena berbagai pertimbangan.
Banyak Dibaca:
Ketua DPC Gerindra Pematangsiantar, Gusmiyadi menilai rencana Budi Arie gabung ke Gerindra sebagai langkah pragmatis untuk melindungi dari potensi jeratan hukum, terkais kasus di Kominfo.
Diketahui nama mantan Menteri Koprasi dan Komunikasi dan Informatika (Kominfo) itu masuk dalam surat dakwaan keempat terdakwa. Surat dakwaan yang dibacakan JPU dalam persidangan perkara pengamanan situs judol di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Rabu (14/5/2025) disebutkan ada jatah 50 persen untuk Budi Arie Setiadi saat menjabat sebagai Menkominfo.
Selain itu, Gusmiyadi menilai Budi Arie juga dinilai bergabung karena ingin mendapat posisi penting dari Prabowo.
"Langkah pragmatis tersebut dibaca sebagai sebuah cara untuk berlindung dari kasus hukum yang berpotensi melilit dirinya dan disisi lain Budi Arie juga tentu berharap masih bisa mendapat posisi penting dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo," ujar Gusmiyadi, Jumat (7/11/2025).
Sementara itu, DPC Gerindra Kota Makassar dengan tegas menyatakan penolakan terhadap rencana bergabungnya figur relawan Jokowi itu.
Penolakan ini dipicu kekhawatiran serius akan terganggunya konsistensi arah perjuangan dan keharmonisan internal partai di Ibu Kota Sulawesi Selatan itu.
Ketua DPC Gerindra Kota Makassar, Eric Horas menegaskan, Partai Gerindra terbuka untuk siapa saja yang memenuhi syarat umum serta memahami arah perjuangan partai.
Menurutnya, menjadi bagian dari Gerindra membutuhkan komitmen yang jauh melampaui latar belakang dukungan terhadap figur tertentu di masa lalu.
"Kami ingin memastikan bahwa siapa pun yang masuk ke Gerindra bukan hanya karena momentum politik, tetapi karena memiliki komitmen jangka panjang terhadap cita-cita perjuangan partai," ujarnya.
Ketua DPC Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso menjelaskan rencana Budi Arie bergabung ke Gerindra menjadi pembahasan internal.
Menurutnya, kader di tingkat bawah tidak ingin Gerindra dijadikan "tameng politik" oleh eks relawan tim pemenangan Joko Widodo pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 itu.
"Kita menyoroti berkait dengan isu mau masuknya Budi Arie ke Partai Gerindra. Jangan sampai Gerindra menjadi pelindung politik," ujar Joko, dikutip dari Kompas.com, Jumat (7/11/2025).
"Siapa pun berhak bergabung sepanjang satu visi memperjuangkan kemaslahatan masyarakat, bangsa dan negara," ujarnya.
PSI Tutup Pintu
Di tengah penolakan pimpinan cabang Gerindra, PSI juga seolah menolak dengan menutup pintu untuk Budi Arie.
Ketua Harian PSI, Ahmad Ali menyatakan secara tegas bahwa partai gajah tidak pernah mengajak Budi Arie untuk bergabung.
"Kalau PSI kan tidak perlu tawarin Budi Arie. Saya tegas katakan, bahwa PSI tidak pernah menawari Budi Arie untuk masuk di PSI," ujar Ali saat ditemui di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (14/11/2025), dikutip dari Kompas.com.
Ahmad Ali menyinggung soal sikap Budi Arie yang melepaskan diri dari Jokowi.
Seperti diketahui, PSI adalah partai yang begitu mengagungkan Jokowi sebagai figur panutan.
Bahkan partai yang memperoleh 2,81 persen dari suara nasional pada Pileg 2024 itu menganut Jokowisme sebagai landasan ideologinya.
"Enggak, enggak ada namanya. Dia adalah relawan Pak Jokowi. Tapi di kemudian hari dia mengubah namanya, bukan lagi Pro Jokowi, dia berarti bukan relawan Pak Jokowi lagi," kata Ali.
Sementara itu, Ali enggan berkomentar perihal sikap sejumlah kader Partai Gerindra yang menolak Budi Arie bergabung ke partai besutan Presiden Prabowo Subianto itu.
Dia kembali menekankan bahwa PSI tidak pernah menawari Budi Arie menjadi kader.
"No comment. Tapi PSI tidak pernah tawari Budi Arie untuk masuk PSI. Itu penting untuk dicatat," imbuh Ali.
Karma Politikus Durhaka
Pengamat politik Adi Prayitno menilai Budi Arie yang memiliki basis politik kelompok relawan Projo sedang mentok.
Penolakan Gerindra dan PSI menjadi bukti Budi Arie tak menarik secara elektoral.
"Ternyata Pak Budi dengan relawan politiknya, barisan politiknya itu mentok kanan kiri. Tak ada satupun yang tertarik untuk merekrut dan mengajak Budi Arie menjadi bagian dari mereka," kata Adi saat berbicara di lamam Youtubenya @adiprayitnoofficial, tayang Sabtu (16/11/2025).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu juga menyimpulkan bahwa Projo tak terlalu penting di kancah perpolitikan nasional.
Jumlah massa hingga ketokohan seorang Budi Arie tak laku bagi sejumlah partai.
"Ini kan menegaskan bahwa ya sebenarnya Projo dan Pak Budi Arie ini bukan siapa-siapa ya bahwa mereka Projo ini punya klaim sebagai relawan politik yang hebat dan seterusnya dan seterusnya. Mungkin bagi mereka iya. Tapi ternyata diuji diuji cobakan ke partai yang lain, Gerindra ataupun PSI. Ternyata bukan apa-apa juga ini relawan ya."
"Logikanya kalau memang projo mantap. Kalau Pak Budi Ari hebat ya, punya networking dan jejaring yang memang bisa diandalkan yang mestinya partai-partai ini berbondong-bondong melamar dong."
"Tapi kan nyatanya sekalipun Projo dan Budi Arie ingin bergabung dengan partai seperti Gerinda, ditolak, ini apa coba artinya coba? Ya, betapa memang relawan Projo ini enggak penting-penting amat," jelasnya.
Adi juga memandang ada karma atau hukum sebab akibat yang diterima Budi Arie ketika ditolak Gerindra dan PSI.
Sejak Projo didirik an dan dipimpin Budi Arie 11 tahun silam, Adi menilai manuver politiknya tak ramah.
Pada 2014, awal berdiri, Projo dekat dengan PDIP, memberi dukungan maksimal kepada Jokowi yang menjadi capres untuk periode pertamanya.
Budi Arie sendiri mantan kader PDIP dan sempat menduduki jabatan struktural di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PDIP.
Namun pada 2014 ia keluar dan fokus memimpin Projo.
Begitupun pada 2019, Projo masih akur dengan PDIP dan sama-sama mengusung Jokowi di Pilpres.
Seiring retaknya hubungan Jokowi dengan PDIP, Projo pun bersikap.
Kelompok relawan itu memilih setia dengan Jokowi dan perlahan meninggalkan PDIP.
Kini, saat Jokowi tak lagi memiliki jabatan, Projo meninggalkan.
Budi Arie pun mencanangkan hendak bergabung ke Gerindra, partai besutan Presiden Prabowo Subianto, dan membawa gerbong Projo.
Adi menilai Budi Arie dengan Projonya telah durhaka. Ia pun menerima karma penolakan dari Gerindra dan PSI.
"Sepertinya setelah meninggalkan misalnya tidak lagi bersama kedekatannya dengan PDIP, Projo memilih bersama dengan Jokowi dan Pak Jokowi kemudian secara perlahan juga ditinggalkan dan ingin merapat dengan Gerindra, ditolak."
"Ini semacam pelajaran penting. Durhaka-durhaka politik semacam ini, lompat kanan lompat kiri politik semacam ini sepertinya sudah mulai tidak terlampau diterima di negara ini.
Berita Terkait
- Baca juga: Analisis Ade Armando Projo-Solo Perang Ditepis Pengamat: Budi Arie Sekujur Tubuhnya Aromanya Jokowi
- Baca juga: Budi Arie Masuk Gerindra Benarkah Drama Settingan Jokowi?Ade Armando Baca Kondisi Lain Bisa Perang
- Baca juga: Analisis Hansat Bongkar Skenario Budi Arie Masuk Gerindra, Spionase Jokowi untuk Misi Gibran 2029?
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
| Politikus Gerindra Interupsi, Keberatan Potongan Subsidi Pangan Rp 300 M di RAPBD Jakarta 2026 |
|
|---|
| Legislator PSI Kecam Kasus Dugaan Pelecehan Seksual di Transjakarta: Jangan Sampai Pelaku Bebas |
|
|---|
| Anggota DPRD DKI Jakarta Josephine: Subsidi Pangan Dipotong Dialokasikan Untuk Hibah |
|
|---|
| PSI Walkout dari Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta, Tolak Pemotongan Subsidi Pangan Rp370 Miliar |
|
|---|
| Telat Sekolah karena Tak Punya Akta, Bocah 11 Tahun di Jakbar Akhirnya Kini Bisa Rasakan Pendidikan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/ketua-umum-relawan-projo-budi-arie-setiadi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.